Tugas : Makalah Sosiologi
Mata Kuliah : Kapita Selekta Pembelajaran IPS
MAKALAH
SOSIOLOGI
OLEH :
KELOMPOK I
1.
YULI
LESTARI (1264041004) 6. NURLAILATUL QADRI
(1264041017)
2.
RAHMA
AWALIAH (1264042004) 7. YUNIARTI
(1264041022)
3.
TRI
HANDAYANI (1264042026) 8.
SUPRIADI (1264042001)
4.
RITA
NOVIA ANITA (1264041006) 9.
ADI ALFARABI(1264041025)
5.
SUNARTI(1264040006)
UNIVERSITAS NEGERI
MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
2.
Tujuan
3.
Rumusan
Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulaan
2.
Kritik
dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan atas kehadiran
Allah SWT yang telah memberikan kita rahmat dan hidayat sehigga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dn tanpa halangan yang berarti dan
tak lupa pula kita panjatkan shalawat dan salam kepada nabi junjungan kita
Nabiullah Muhammad SAW yang telah mebawa umat mnusia dari zaman jahiliah ke
zaman yang muli. Segala sesuatu yang dikerjakan dengan usaha dan doa niscaya
akan mendapatkan kemudahan dari Allah SWT.
Terima
kasih juga kepada Dosen Mata Kuliah Kapita Selekta Pembelajaran IPS, yang telah
membimbing kami selaku mahasiswa Pend. IPS Terpadu dalam mata kuliah ini
sehingga kami bisa mendapat pembelajran yang berharga.
BAB I
(PENDAHULUAN)
1. Latar Belakang
Sosiologi merupakan ilmu tentang
masyarakat, atau ilmu yang mempelajari kehidupan masyarakat dan suatu kelompok.
Sosiologi juga merupakan dasar dari ilmu pengetahuan yang membimbing seseorang
untuk berlaku adil dan mengetahui hukum dengan sebaik-baiknya. Untuk lebih
mendalami definisi sosiologi, berikut dibahas batasan, definisi, dan penyebab
perbedaan definisi sosiologi dikalangan para ahli, seperti; Emile Durkheim, Max
Weber dan Peter L. Berger.
Secara kebahasaan nama sosiologi
berasal dari kata socious, yang artinya ”kawan” atau ”teman” dan logos,
yang artinya ”kata”, ”berbicara”, atau ”ilmu”. Sosiologi berarti berbicara atau
ilmu tentang kawan. Dalam hal ini, kawan memiliki arti yang luas, tidak seperti
dalam pengertian sehari-hari, yang mana kawan hanya digunakan untuk menunjuk
hubungan di anatra dua orang atau lebih yang berusaha atau bekerja bersama.
Kawan dalam pengertian ini merupakan hubungan antar-manusia, baik secara
individu maupun kelompok, yang meliputi seluruh macam hubungan, baik yang
mendekatkan maupun yang menjauhkan, baik yang menuju kerpada bentuk kerjasama
maupun yang menunu kepada permusuhan.
Jadi, sosiologi adalah ilmu tentang
berbagai hubungan antar-manusia yang terjadi di dalam masyarakat. Hubungan
antar-manusia dalam masyarakat disebut hubungan sosial.
2. Tujuan
Adapun tujuan dalam membuatan makalah ini ada kita sebagai
calon guru pendidikan ilmu pengetahuan sosial dapat mengetahui tentang:
a.
Beberapa
macam konsep dalam sosiologi sebagai bahan ajar dalam pembelajaran nantinya.
b.
Generalisasi
yang berkaitan dengan masyarakat
c.
Beberapa
ahli yang mengemukakan teorinya tentang sosiologi
3. Rumusan Masalah
a.
Apasajakah
konsep sosiolgi yang sedang berkembang dalam masyarakat saat ini?
b.
Jenis
generalisasi yng diterapkan dalam masyarakat
c.
Siapa
sajakah ahli yang mencurahkan pikirannya tentang sosiologi?
BAB II
(PEMBAHASAN)
A. Konsep Sosiologi
Pada dasarnya Sosiologi merupakan
bagian dari ilmu‑ilmu sosial, sebab obyek menjadi pengamatannya adalah
masyarakat (Socius = kawan; logos = bicara/ ilmu). Auguste Comte (1798‑1857),
dan Herbert Spencer (1820‑1903) yang merupakan pelopor disiplin Sosiologi juga
menekankan, bahwa merupakan studi mengenai masyarakat yang dipandang dari satu
segi tertentu.
Masyarakat itu sendiri mempunyai
pengertian yang beragam dan tergantung aspek mana yang menjadi pengamatannya.
Namun secara umum masyarakat dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang
hidup dalam suatu lingkungan, dalam kurun waktu yang cukup sehingga melahirkan
budaya dengan satu kesatuan kriteria dan memiliki sistem hidup bersama. Sistem
kehidupan bersama dalam hubungan keluarga, bertetangga, hidup sekampung,
hubungan kekerabatan, hubungan pergaulan, hubungan kerja, hubungan
pemerintahan, hubungan formal dan informal, hubungan daerah asal, hubungan
bisnis, dan sebagainya, memberikan pengertian serta pemahaman akan budaya dan
peradaban, sekaligus etika bergaul dalam kehidupan bersama.
Dalam perkembangannya para sosiolog
modern mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang membahas kelompok‑kelompok
sosial, atau studi mengenai interaksi‑interaksi manusia dan interelasinya. Pada
konteks ini pusat perhatian sosiologi adalah tingkah laku manusia, baik
individual maupun kolektif. Dengan demikian Sosiologi merupakan studi mengenai
tingkah laku manusia dalam konteks sosial.
Petirim A. Sorokin menyatakan,
bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan dan pengaruh
timbal balik antara aneka macam gejala‑gejala sosial (misalnya antara gejala
ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, dinamika
masyarakat dengan politik dan sebagainya. Selo Soemarjan dan Soelaiman
Soemardi memberikan definisi sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari
tentang strukur sosial dan proses, sosial termasuk di dalamnya perubahan‑perubahan
sosial.
Ada dua ruang lingkup dalam
sosiologi, yaitu statistika dan dinamika. Statistika yaitu ruang lingkup yang
mempelajari hal-hal tentang dasar-dasar pergaulan hidup manusia. Dinamika yaitu
hal-hal yang mempelajari hukum-hukum dan dalil-dalil tentang perubahan
masyarakat.
Ada beberapa factor yang menyebabkan perubahan social dalam pergaulan hidup masyarakat yakni pendidikan dan pengajaran, proses social dalam berbagai bentuk, sarana komunikasi social, pengaruh budaya asing dan hukum yang diperankan dalam perubahan masyarakat. Contohnya:
Penggunaan kompres dingin, dulunya digunakan untuk menurunkan panas tetapi di jaman sekarang dapat digunakan kompres hangat/ hangat yang memiliki cara kerja yang lebih baik karena dengan kompres panas dapat mencegah vasokonstriksi pembuluh darah
Penggunaan spoit, dulunya spoit digunakan berulangkali pada pasien yang berbeda-beda, tetapi sekarang penggunaan spoit hanya digunakan sekali pakai lalu dibuang agar tidak terjadi penularan penyakit dari satu pasien ke pasien lainnya.Adanya perubahan status perawat, dulunya perawat dianggap hanya sebagai pembantu dokter, tetapi sekarang perawat adalah mitra dokter.
Ada beberapa factor yang menyebabkan perubahan social dalam pergaulan hidup masyarakat yakni pendidikan dan pengajaran, proses social dalam berbagai bentuk, sarana komunikasi social, pengaruh budaya asing dan hukum yang diperankan dalam perubahan masyarakat. Contohnya:
Penggunaan kompres dingin, dulunya digunakan untuk menurunkan panas tetapi di jaman sekarang dapat digunakan kompres hangat/ hangat yang memiliki cara kerja yang lebih baik karena dengan kompres panas dapat mencegah vasokonstriksi pembuluh darah
Penggunaan spoit, dulunya spoit digunakan berulangkali pada pasien yang berbeda-beda, tetapi sekarang penggunaan spoit hanya digunakan sekali pakai lalu dibuang agar tidak terjadi penularan penyakit dari satu pasien ke pasien lainnya.Adanya perubahan status perawat, dulunya perawat dianggap hanya sebagai pembantu dokter, tetapi sekarang perawat adalah mitra dokter.
~
KONSEP
MANUSIA
Manusia sebagai mahluk
social di kodratkan sebagai subsistem terbuka dari lingkungan. Manusia tidak
dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Jadi manusia sebagai anggota
keluarga, kelompok, dan masyarakat perlu berinteraksi dan menciptakan hubungan antara
manusia, karena dengan berinteraksi dan menciptakan hubungan antara manusia
akan menghasilkan hubungan yang dinamis yaitu yang mempertemukan orang dengan
orang, kelompok dengan kelompok, maupun orang dengan kelompok manusia.Manusia
sebagai mahluk yang utuh dan unik serta merupakan mahluk Bio-Psikososial dan
Spritual juga mempunyai kebutuhan dan tujuan hidup. Dan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, manusia mencoba belajar menggali dan menggunakan
sumber-sumber yang diperlukan berdasarkan potensi dengan segala
keterbatasannya. Sedangkan untuk mencapai tujuan hidup manusia juga tidak bisa
lepas dari bantuan orang lain, misalnya kita ingin menjadi seorang perawat maka
kita harus sekolah atau kuliah dan secara otomatis kita membutuhkan tenaga
seorang pengajar.
Menurut Bauman manusia juga mempunyai
hasrat atau kecenderungan bernaluri antara lain sebagai berikut :
1.Kecenderungan social, yaitu untuk menggabungkan dirinya dengan individu lainnya dalam bentuk kelompok
2.Rasa harga diri, yaitu supaya kelihatan berharga menurut pandangan orang lain
3.Kecenderungan untuk patuh, menurut dan ada hasrat untuk tunduk dan sukarela, terpaksa ataupun motif lainnya
4.Kecenderungan meniru, yaitu adanya keinginan untuk meniru orang-orang yang dikaguminya
5.Hasrat tolong-menolong dan simpatik, yaitu turut merasakan sesuatu yang dirasakan oleh orang lain.
1.Kecenderungan social, yaitu untuk menggabungkan dirinya dengan individu lainnya dalam bentuk kelompok
2.Rasa harga diri, yaitu supaya kelihatan berharga menurut pandangan orang lain
3.Kecenderungan untuk patuh, menurut dan ada hasrat untuk tunduk dan sukarela, terpaksa ataupun motif lainnya
4.Kecenderungan meniru, yaitu adanya keinginan untuk meniru orang-orang yang dikaguminya
5.Hasrat tolong-menolong dan simpatik, yaitu turut merasakan sesuatu yang dirasakan oleh orang lain.
6.Hasrat berjuang yaitu adanya
keinginan untuk mengalahkan lawan
7.Hasrat untuk mendapatkan kebebasan, yaitu hasrat untuk menghindarkan diri dari kekangan.
7.Hasrat untuk mendapatkan kebebasan, yaitu hasrat untuk menghindarkan diri dari kekangan.
Kaitannya dengan tugas kita sebagai seorang perawat :
Dalam menghadapi pasien atau klien
kita harus bisa menciptakan hubungan yang baik dengan menggunakan pendekatan
secara komprehensif agar kita tidak canggung menceritakan penyakit dan semua
keluhan yang dialaminya. Dan di situlah kita sebagai seorang perawat harus
menolong untuk mengatasi penyakitnya.
~
KONSEP
BUDAYA
Kata kebudayaan berasal
dari bahasa Sansakerta yaitu Budhayah yang merupakan bentuk jamak kata Budhi
yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang
berhubungan dengan budi atau akal.
Fungsi kebudayaan antara lain :
Fungsi kebudayaan antara lain :
a.
Melindungi
masyarakat terhadap alam sekitarnya
Kebudayaan ini sangat membantu manusia terhadap ancaman lingkungan. Seseorang biasanya sakit karena ketidakmampuannya berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan adanya kebudayaan yang di dalamnya terdapat kepercayaan manusia dapat sehat kembali.
Kebudayaan ini sangat membantu manusia terhadap ancaman lingkungan. Seseorang biasanya sakit karena ketidakmampuannya berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan adanya kebudayaan yang di dalamnya terdapat kepercayaan manusia dapat sehat kembali.
b.
Mewujudkan
tata tertib dalam pergaulan masyarakat
Di dalam kebudayaan terdapat norma yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Misalnya budaya masyarakat di dalam kebudayaan seseorang lelaki harus melamar anak gadis terlebih dahulu sebelum menikah.
Di dalam kebudayaan terdapat norma yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Misalnya budaya masyarakat di dalam kebudayaan seseorang lelaki harus melamar anak gadis terlebih dahulu sebelum menikah.
c.
Memuaskan
seuautu rangkaian hasrat naluri dalam kebutuhan hidup dari mahluk hidup.
Kebudayaan merupakan karya, rasa dan cipta.
Unsur-unsur kebudayaan antara lain :
1. Teknologi berkaitan dengan peralatan dan perlengkapan hidup manusia
Unsur-unsur kebudayaan antara lain :
1. Teknologi berkaitan dengan peralatan dan perlengkapan hidup manusia
2. Norma, memungkinkan kerjasama para
anggota masyarakat
3. Ekonomi berkaitan dengan mata
pencaharian dan system ekonomi
4. Kekuatan, berkaitan dengan
kekuatan politik.
Sehubungan dengan tugas kita sebagai seorang
perawat maka budaya adalah hal-hal yang berhubungan dengan akal, karya, cipta,
rasa, karsa dan yang paling penting menurut Sir Edward Tylor merupakan
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan sebagai anggota masyarakat. Perawat yang
berbudaya memiliki cipta, rasa, dan karsa. Cipta artinya kemampuan perawat
berpikir tentang bagaimana dia menyelesaikan masalah yang dihadapinya misalnya
dengan berpikir kritis. Rasa yaitu perawat harus memiliki rasa empati dan
simpati. Sedangkan karya yaitu perawat dalam memberikan perawatan sebaiknya
tidak memanfaatkan hal-hal yang ada saja, dia juga harus berkarya sesuai dengan
kemajuan teknologi. Jadi fungsi kebudayaan adalah sebagai patokan atau pedoman
mempelajari manusia dengan melihat kebiasaan-kebiasaan manusia itu sendiri.
Misalnya dalam menghadapi pasien yang berbeda.
~ KONSEP
KEELUARGA
Jika
seorang pria dan wanita telah melalui jenjang pernikahan maka mereka berarti
telah memulai kehidupan baru yang akhirnya melahirkan tanggungg jawab baru.
Mereka berdua pun akan melaksanakan fungsi- fungsi sebuah keluarga.
Fungsi-fungsi keluarga meliputi : fungsi biologis, fungsi sosialisasi anak,
fungsi afeksi, fungsi educatif, fungsi religius, fungsi protektif, fungsi
rekreatif, fungsi ekonomi, dan fungsi penentuan status. Fungsi Biologis.
Keluarga yang dibentuk melalui ikatan perkawinan merupakan sarana yang sah bagi
pasangan suami-istri untuk memenuhi kebutuhan seksualnya. Jadi keluarga
berfungsi sebagai sarana pemenuhan kebutuhan biologis manusia, yang secara
khusus dalam bentuk hubungan seks, agar manusia tidak memenuhi kebutuhan
tersebut secara bebas seperti binatang.
Fungsi Sosialisasi Anak. Anak memperoleh
sosialisasi yang pertama di lingkungan keluarganya. Orangtuanya
mempersiapkannya untuk menjadi anggota masyarakat yang baik. Dengan
melaksanakan fungsi sosialisasi ini dapat dikatakan bahwa keluarga berkedudukan
sebagai penghubung anak dengan kehidupan social di masyarakat. Fungsi Afeksi.
Anak, terutama pada saat masih kecil, berkomunikasi dengan lingkungannya dan
orangtuanya dengan keseluruhan kepribadiannya. Ia dapat merasakan dan menangkap
suasana perasaan yang meliputi orangtuanya pada saat anak berkomunikasi dengan
mereka. Oleh karena itu, orangtua, terutama ibu, harus melaksanakan fungsi
afeksi (perasaan) ini dengan baik agar jiwa anak tumbuh dengan sehat.
Fungsi Educatif. Fungsi educatif atau fungsi
pendidikan keluarga merupakan salah satu tanggung jawab yang paling penting
yang dipikul oleh orangtua. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama bagi anak. Kehidupan keluarga sehari-hari tertentu beralih menjadi
situasi pendidkan yang dihayati oleh anak-anaknya. Karena sekarang berbagai
kemampuan yang harus dikuasai anak begitu kompleksnya, maka tidak semua hal
dapat diajarkan atau dididik oleh orangtua, sehingga anak-anak harus sekolah.
Namun demikian, pendidikan di keluarga tetap merupakan dasar atau landasan
utama bagi anak untuk mengembangkan pendidikan selanjutnya.
Fungsi Religius. Keluarga mempunyai fungsi
religius. Artinya keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak anak dan
anggota keluarga lainnya kepada kehidupan beragama. Pembinaan rasa keagamaan
anak lebih awal lebih baik.di lingkungan keluarga pertama-tama anak mesti
dibiasakan dalam kehidupan beragama tersebut. Anak akan mempunyai keyakinan
agama dan landasan hidup yang kuat jika keluarganya mampu melaksankan fungsi
religius ini dengan baik.
Fungsi Protektif atau Perlindungan. Di antara alasan seseorang melangsungkan pernikahan atau membentuk sebuah keluarga adalah untuk mendapatkan rasa keterjaminan atau keterlindungan hidupnya, baik secara fisik (jasmani) maupun psikologis (rohani). Misalnya seorang istri akan merasa hidupnya terjamin dan terlindungi serta tentram di samping suaminya. Dalam keluarga pun anak-anak merasa terlindungi oleh kasih sayang kedua orangtuanya. Jadi fungsi-fungsi perlindungan dari keluarganya terhadap anak meliputi perlindungan lahir dan batin.
Fungsi Protektif atau Perlindungan. Di antara alasan seseorang melangsungkan pernikahan atau membentuk sebuah keluarga adalah untuk mendapatkan rasa keterjaminan atau keterlindungan hidupnya, baik secara fisik (jasmani) maupun psikologis (rohani). Misalnya seorang istri akan merasa hidupnya terjamin dan terlindungi serta tentram di samping suaminya. Dalam keluarga pun anak-anak merasa terlindungi oleh kasih sayang kedua orangtuanya. Jadi fungsi-fungsi perlindungan dari keluarganya terhadap anak meliputi perlindungan lahir dan batin.
Fungsi Rekreatif. Fungsi rekreatif sangat
penting bagi anggota keluarga, karena dapat menjamin keseimbangan kepribadian
anggota keluarga, memperkokoh kerukunan dan solidaritas keluarga, mengurangi
ketegangan perasaan, meningkatkan saling pengertian dan meningkatkan rasa kasih
saying.
Fungsi Ekonomi. Fungsi ekonomi sangat penting
bagi kehidupan keluarga, karena merupakan pendukung utama bagi keutuhan dan
kelangsungan keluarga. Fungsi ekonomi keluarga meliputi pencari nafkah,
perencanaan serta penggunaan, pelaksanaan fungsi ekonomi keluarga oleh dan
untuk semua anggota keluarga mempunyai kemungkinan menambah saling pengertian,
solidaritas dan tanggung jawab bersama dalam keluarga itu.
Fungsi Penentuan Status. Keluarga dapat
berperan sebagai agen penentuan status bagi anggotanya. Keluarga dapat
melakukan upaya pencegahan terhadap anggota agar tidak melakukan perilaku
menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Keluarga juga dapat
melakukan upaya kreatif, misalnya dengan mengingatkan, menyadarkan ataupun
menghukum anggota kelurganya yang telah melakukan perilaku menyimpang atau
melanggar nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Untuk dapat memahami lebih lanjut tentang keluarga maka kita harus memahami tentang karakteristik atau ciri khusus keluarga. Adapun ciri-cirinya yaitu hubungan berpacaran dua sejoli, diikuti pernikahan, pengakuan akan keturunan, kehidupan ekonomi yang diselenggarakan dan dinikmati bersama, serta kehidupan berumah tangga.
Setelah mengetahui karakteristik atau ciri khas keluarga kita pun harus mengetahui tipe-tipe keluarga. Yang termasuk tipe-tipe keluarga yaitu :
Keluarga Batin (Nuclear Family) ialah kelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya yang belum mengikatkan diri dalam membentuk keluarga tersendiri.
Keluarga Luas (Extended Family) yaitu keluarga yang terdiri dari semua orang yang berketurunan dari kakek dan nenek yang sama, termasuk masing-masing istri dan suami.
Keluarga Pangkal (Stream Family) yaitu sejenis keluarga yang menggunakan sistem pewarisan kekayaan pada satu anak yang paling tua.
Keluarga Gabungan (Joint Family) yaitu keluarga yang terdiri atas orang-orang yang berhak atau hak milik keluarga, antara lain saudara laki-laki pada setiap generasi.
Keluarga Prokreasi dan Keluarga Orientasi, keluarga prokreasi adalah sebuah keluarga yang individunya merupakan orangtua. Adapun keluarga orientasi adalah keluarga yang individunya merupakan salah seorang keturunan.
Sesudah kita mengetahui tipe-tipe keluarga dan pengertiannya masing-masing, maka kita dapat lihat letak perbedaannya yaitu pada jumlah anggota dari setiap tipe-tipe keluarga tersebut.
Untuk dapat memahami lebih lanjut tentang keluarga maka kita harus memahami tentang karakteristik atau ciri khusus keluarga. Adapun ciri-cirinya yaitu hubungan berpacaran dua sejoli, diikuti pernikahan, pengakuan akan keturunan, kehidupan ekonomi yang diselenggarakan dan dinikmati bersama, serta kehidupan berumah tangga.
Setelah mengetahui karakteristik atau ciri khas keluarga kita pun harus mengetahui tipe-tipe keluarga. Yang termasuk tipe-tipe keluarga yaitu :
Keluarga Batin (Nuclear Family) ialah kelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya yang belum mengikatkan diri dalam membentuk keluarga tersendiri.
Keluarga Luas (Extended Family) yaitu keluarga yang terdiri dari semua orang yang berketurunan dari kakek dan nenek yang sama, termasuk masing-masing istri dan suami.
Keluarga Pangkal (Stream Family) yaitu sejenis keluarga yang menggunakan sistem pewarisan kekayaan pada satu anak yang paling tua.
Keluarga Gabungan (Joint Family) yaitu keluarga yang terdiri atas orang-orang yang berhak atau hak milik keluarga, antara lain saudara laki-laki pada setiap generasi.
Keluarga Prokreasi dan Keluarga Orientasi, keluarga prokreasi adalah sebuah keluarga yang individunya merupakan orangtua. Adapun keluarga orientasi adalah keluarga yang individunya merupakan salah seorang keturunan.
Sesudah kita mengetahui tipe-tipe keluarga dan pengertiannya masing-masing, maka kita dapat lihat letak perbedaannya yaitu pada jumlah anggota dari setiap tipe-tipe keluarga tersebut.
Kaitannya dengan kita sebagai seorang perawat :
Seorang perawat perlu menyikai peran klien dalam keluarga dan menyikapi bagaimana keadaan keluarga jika salah satu anggota keluarga tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Seorang perawat hendaknya memberi dorongan psikis kepada kliennya dalam menghadapi masalah yang ada kaitannya dengan keluarga.
Seorang perawat perlu menyikai peran klien dalam keluarga dan menyikapi bagaimana keadaan keluarga jika salah satu anggota keluarga tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Seorang perawat hendaknya memberi dorongan psikis kepada kliennya dalam menghadapi masalah yang ada kaitannya dengan keluarga.
~
KONSEP
KEPERCAYAAN ATAU AGAMA
Dalam kehidupan, manusia dalam berinteraksi
dengan lingkungan mengenal adanya kepercayaan. Di mana kepercayaan ini merupakan
suatu keyakinan pada sesuatu yang tampak atau tidak tampak yang menguasai alam
gaib, yang mempunyai kekuatan atau kekuasaan atau tidak dapat berupa benda atau
mahluk gaib.
Dalam kepercayaan sangat berkaitan dengan
agama di mana definisi agama adalah tidak kacau. Sedangkan menurut istilah
suatu ajaran atau tuntunan yang menjadi pedoman hidup bagi seseorang untuk
menciptakan kehidupan yang damai, sejahtera, aman dan menuju kepada kebenaran
atau keselamatan.
Tapi dalam kepercayaan banyak masyarakat yang beranggapan bahwa mahluk-mahluk yang menempati bumi ini yang dipercayai masyarakat sangat sakral diantaranya dewa-dewa yang baik maupun yang jahat, mahluk-mahluk halus seperti roh-roh leluhur dan roh-roh lainnya yang baik maupun yang jahat, kekuatan yang bisa berguna maupun yang bisa menyebabkan bencana.
Peran kita sebagai seorang perawat :
Perawat hendaknya memberikan Health Education di mana kita sebagai perawat apabila menemukan pasien dengan penyakit yang dialami terlebih dahulu kita menjelaskan diagnosa dari penyakit itu dan sebab-sebab timbulnya penyakit. Dengan jalan ini maka kemungkinan besar kita diberikan kepercayaan dari pasien itu sendiri bahwa sebenarnya ada namun memiliki tempat sendiri. Kita tidak dapat diganggu karena mereka memiliki tempatnya sendiri.
Tapi dalam kepercayaan banyak masyarakat yang beranggapan bahwa mahluk-mahluk yang menempati bumi ini yang dipercayai masyarakat sangat sakral diantaranya dewa-dewa yang baik maupun yang jahat, mahluk-mahluk halus seperti roh-roh leluhur dan roh-roh lainnya yang baik maupun yang jahat, kekuatan yang bisa berguna maupun yang bisa menyebabkan bencana.
Peran kita sebagai seorang perawat :
Perawat hendaknya memberikan Health Education di mana kita sebagai perawat apabila menemukan pasien dengan penyakit yang dialami terlebih dahulu kita menjelaskan diagnosa dari penyakit itu dan sebab-sebab timbulnya penyakit. Dengan jalan ini maka kemungkinan besar kita diberikan kepercayaan dari pasien itu sendiri bahwa sebenarnya ada namun memiliki tempat sendiri. Kita tidak dapat diganggu karena mereka memiliki tempatnya sendiri.
~
KONSEP
KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT
Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang
telah memiliki tatanan kehidupan, norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati
dalam lingkungan. Melihat kenyataannya masyarakat dibagi atas perkembangannya,
yaitu masyarakat sederhana dan masyarakat maju..
Masyarakat
sederhana adalah masyarakat yang pola pembagian kerjanya cenderung menurut
jenis kelamin. Dimana cirri-ciri masyarakat ini sendiri :
1.pertautan
merupakan kepntingan masyarakat
2.mengutamakan kualitas manusia,
2.mengutamakan kualitas manusia,
Masyarakat
maju adalah masyarakat yang cepat sekali menerima kemajuan IPTEK. Masyarakat
yang memiliki aneka ragam kelompok social yang bercirikan:
1.heterogenitas
2.mobilitas social
3.individual
1.heterogenitas
2.mobilitas social
3.individual
Dengan
demikian timbul suatu struktur antar hubungan social yang beraneka ragam,
dimana dalam setiap masyarakat tercipta hubungan timbale balik. Begitupun
antara kebudayaan dan masyarakat. Dengan kebudayaan masyarakat dapat mengetahui
bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikap, serta berinteraksi
dengan masyarakat sekitar. Kebudayaan dengan kesehatan sebagaimana kita lihat
dalam kehidupan masyarakat sederhana, masih banyak membudaya tentang cara
memberikan makanan pada anak-anak mereka, dimana biasanya si ibu mengunyah
makanan terlebih dahulu kemudian diberikan pada anaknya. Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya penyakit. Misalnya saja TBC. Jadi jelas bahwa peran
perawat di sini sangatlah penting dalam melakukan penyuluhan kesehatan.
~
KONSEP PERAN
SOSIOLOGI
Menurut teori ini, sebenarnya dalam pergaulan
sosial itu sudah ada skenario yang disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa
dan bagaimana peran setiap orang dalam pergaulannya. Dalam skenario itu sudah
`tertulis” seorang Presiden harus bagaimana, seorang gubernur harus bagaimana,
seorang guru harus bagaimana, murid harus bagaimana. Demikian juga sudah
tertulis peran apa yang harus dilakukan oleh suami, isteri, ayah, ibu, anak,
mantu, mertua dan seterusnya. Menurut teori ini, jika seseorang mematuhi
skenario, maka hidupnya akan harmoni, tetapi jika menyalahi skenario, maka ia
akan dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara. Dalam era reformasi sekarang
ini nampak sekali pemimpin yang menyalahi scenario sehingga sering didemo
public.
Park menjelaskan dampak masyarakat atas
perilaku kita dalam hubungannya dengan peran, namun jauh sebelumnya Robert
Linton (1936), seorang antropolog, telah mengembangkan Teori Peran. Teori Peran
menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain
sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini,
harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut teori ini, seseorang yang mempunyai
peran tertentu misalnya sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain
sebagainya, diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran
tersebut. Mengapa seseorang mengobati orang lain, karena dia adalah seorang
dokter. Jadi karena statusnya adalah dokter maka dia harus mengobati pasien
yang datang kepadanya. Perilaku ditentukan oleh peran sosial.
Kemudian, sosiolog yang bernama Glen Elder
(1975) membantu memperluas penggunaan teori peran. Pendekatannya yang dinamakan
“life-course” memaknakan bahwa
setiap masyarakat mempunyai harapan kepada setiap anggotanya untuk mempunyai
perilaku tertentu sesuai dengan kategori-kategori usia yang berlaku dalam
masyarakat tersebut. Contohnya, sebagian besar warga Amerika Serikat akan
menjadi murid sekolah ketika berusia empat atau lima tahun, menjadi peserta
pemilu pada usia delapan belas tahun, bekerja pada usia tujuh belah tahun,
mempunyai istri/suami pada usia dua puluh tujuh, pensiun pada usia enam puluh
tahun.
Di Indonesia berbeda, usia sekolah dimulai
sejak tujuh tahun, punya pasangan hidup sudah bisa usia tujuh belas tahun,
pensiun usia lima puluh lima tahun. Urutan tadi dinamakan “tahapan usia” (age
grading). Dalam masyarakat kontemporer kehidupan kita dibagi ke dalam masa
kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua, di mana setiap masa
mempunyai bermacam-macam pembagian lagi.
~
KONSEP
GLOBALISASI
Pengertian Globalisasi
Pengertian Globalisasi menurut beberapa ahli adalah :
1. Selo Soemardjan : globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia. Tujuan globalisasi adalah untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama misalnya yerbentuknya PBB, OKI
2. Menurut Anthony Giddens (1989), proses peningkatan kesalingtergantungan masyarakat dunia dinamakan dengan globalisasi. Ditandai oleh kesenjangan tingkat kehidupan antara masyarakat industri dan masyarakat dunia ketiga(yang pernah dijajah Barat dan mayoritas hidup dari pertanian)
Pengertian Globalisasi menurut beberapa ahli adalah :
1. Selo Soemardjan : globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia. Tujuan globalisasi adalah untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama misalnya yerbentuknya PBB, OKI
2. Menurut Anthony Giddens (1989), proses peningkatan kesalingtergantungan masyarakat dunia dinamakan dengan globalisasi. Ditandai oleh kesenjangan tingkat kehidupan antara masyarakat industri dan masyarakat dunia ketiga(yang pernah dijajah Barat dan mayoritas hidup dari pertanian)
Globalisasi
terbentuk oleh adanya kemajuan teknologi di bidang komunikasi dunia. Biasanya
unsur globalisasi yang mudah diterima masyarakat adalah berupa teknologi tepat
guna dan mudah aplikasinya, pendidikan formal serta unsur yang sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi masyarakat. Sedang unsur globalisasi yang sulit diteriba
biasanya berupa teknologi yang rumit dan mahal, menyangkut ideologi, politik
dan kepercayaan serta sukar disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan
masyarakat.
Masyarakat penerima globalisasi ada yang mampu menerima globalisasi tersebut atau ada yang menolak. Adapun mereka yang menolak biasanya adalah :
1. kelompok masyarakat yang belum mapan atau belum siap menerima perubahan
2. kelompok masyarakat tertinggal yang terasing
3. kelompok masyarakat dari kalangan generasi tua yang cenderung mencurigai globalisasi
Adapun kelompok masyarakat atau individu yang menerima globalisasi adalah
1. kelompok masyarakat yang kedudukan atau status sosialnya sudah mapan
2. kelompok masyarakat kota yang telah menikmati berbagai media komunikasi dan informasi globalisasi
3. kelompok masyarakat dari kalangan generasi muda yang memiliki kecenderungan terbuka menerima unsur-unsur perubahan dan modernisasi
Proses Globalisasi
1. Bangkitnya perekonomian internasional, ditandai dimulai dengan adanya perdagangan
internasional (adanya jalur dagang sutra Cina 1000 - 1500 SM )
2. Dominasi perdagangan kaum Muslim di Asia dan Afrika
3. Eksplorasi dunia oleh negara-negara Eropa
4. Munculnya perusahaan - perusahaan multinasional
5. Runtuhnya komunisme dan menyebarnya kapitalisme
Dampak Perubahan Sosial Budaya sebagai Akibat Modernisasi dan Globalisasi
Masyarakat penerima globalisasi ada yang mampu menerima globalisasi tersebut atau ada yang menolak. Adapun mereka yang menolak biasanya adalah :
1. kelompok masyarakat yang belum mapan atau belum siap menerima perubahan
2. kelompok masyarakat tertinggal yang terasing
3. kelompok masyarakat dari kalangan generasi tua yang cenderung mencurigai globalisasi
Adapun kelompok masyarakat atau individu yang menerima globalisasi adalah
1. kelompok masyarakat yang kedudukan atau status sosialnya sudah mapan
2. kelompok masyarakat kota yang telah menikmati berbagai media komunikasi dan informasi globalisasi
3. kelompok masyarakat dari kalangan generasi muda yang memiliki kecenderungan terbuka menerima unsur-unsur perubahan dan modernisasi
Proses Globalisasi
1. Bangkitnya perekonomian internasional, ditandai dimulai dengan adanya perdagangan
internasional (adanya jalur dagang sutra Cina 1000 - 1500 SM )
2. Dominasi perdagangan kaum Muslim di Asia dan Afrika
3. Eksplorasi dunia oleh negara-negara Eropa
4. Munculnya perusahaan - perusahaan multinasional
5. Runtuhnya komunisme dan menyebarnya kapitalisme
Dampak Perubahan Sosial Budaya sebagai Akibat Modernisasi dan Globalisasi
~
KONSEP PENYIMPANGAN
B. GENERALISASI SOSIOOGI
C. TORI-TEORI SOSIOLOGI
1. TEORI LEWIS A COSER
Lewis A Coser lahir di Berlin, tahun 1913. Ia
memusatkan perhatiannya pada kebijakan sosial dan politik. Pasca Perang Dunia
II, tamatan Universitas Columbia (1968) ini mengajar di Universitas Chicago dan
Universitas Brandeis tempat dimana dia dinobatkan gelar guru besar. Tahun1975
Lewis Coser terpilih menjadi Presiden American Sociological Association (ASA).
Coser juga aktif sebagai columnis di berbagai jurnal. Tulisan Coser yang
terkenal adalah Greedy Institutions alias Institusi Tamak.
Penulis buku The Functons of Social
Conflict ini, mengutip dan mengembangkan gagasan George Simmel untuk
kemudian dikembangkan menjadi penjelasan-penjelasan tentang konflik yang
menarik. Coser mengkritik dengan cara menghubungkan berbagai gagasan Simmel
dengan perkembangan fakta atau fenomena yang terjadi jauh ketika Simmel masih
hidup. Ia juga mengkritisi dan membandingkannya dengan gagasan
sosiolog-sosiolog klasik. Menambahkan dengan gagasan seperti dinyatakan ahli
psikologi seperti Sigmund Freud.
Hal yang menarik dari Coser adalah bahwa ia
sangat disiplin dalam satu tema. Coser benar-benar concern pada satu tema-tema
konflik, baik konflik tingkat eksternal maupun internal. Ia mampu mengurai
konflik dari sisi luar maupun sisi dalam. Jika dihubungkan dengan pendekatan fungsionalisme,
nampak ada upaya Coser untuk mengintegrasikan fungionalisme dengan konflik.
Menurut George Ritzer dalam melakukan kombinasi itu, baik teori fungsionalime
maupun teori konflik akan lebih kuat ketimbang berdiri sendiri.
Selama lebih dari dua puluh tahun Lewis A.
Coser tetap terikat pada model sosiologi dengan tertumpu kepada struktur
sosial. Pada saat yang sama dia menunjukkan bahwa model tersebut selalu
mengabaikan studi tentang konflik sosial. Berbeda dengan beberapa ahli
sosiologi yang menegaskan eksistensi dua perspektif yang berbeda (teori
fungsionalis dan teori konflik), Coser mengungkapkan komitmennya pada
kemungkinan menyatukan kedua pendekatan tersebut. Coser mengakui beberapa
susunan struktural merupakan hasil persetujuan dan konsensus, suatu proses yang
ditonjolkan oleh kaum fungsional struktural, tetapi dia juga menunjuk pada
proses lain yaitu konflik sosial. Akan tetapi para ahli sosiologi kontemporer
sering melihat konflik sebagai penyakit bagi kelompok sosial. Coser memilih
untuk menunjukkan berbagai sumbangan konflik yang secara potensial positif
yaitu membentuk serta mempertahankan struktur suatu kelompok tertentu.
Seperti halnya Simmel, Coser tidak mencoba
menghasilkan teori menyeluruh yang mencakup seluruh fenomena sosial. Karena ia
yakin bahwa setiap usaha untuk menghasilkan suatu teori sosial menyeluruh yang
mencakup seluruh fenomena sosial adalah premature. Memang Simmel tidak pernah
menghasilkan risalah sebesar Emile Durkheim, Max Weber atau Karl Marx.
Namun, Simmel mempertahankan pendapatnya bahwa sosiologi bekerja untuk
menyempurnakan dan mengembangkan bentuk- bentuk atau konsep- konsep sosiologi
dimana isi dunia empiris dapat ditempatkan.
Penjelasan tentang teori konflik
Simmel sebagai berikut:
·
Simmel memandang pertikaian sebagai gejala yang tidak mungkin
dihindari dalam masyarakat Struktur sosial dilihatnya sebagai gejala yang
mencakup pelbagai proses asosiatif dan disosiatif yang tidak mungkin terpisah-
pisahkan, namun dapat dibedakan dalam analisa.
·
Menurut Simmel konflik tunduk pada perubahan. Coser mengembangkan
proposisi dan memperluas konsep Simmel tersebut dalam menggambarkan kondisi-
kondisi di mana konflik secara positif membantu struktur sosial dan bila
terjadi secara negatif akan memperlemah kerangka masyarakat.
Ikatan Kelompok Dan Pemeliharaan
Fungsi-Fungsi Konflik Sosial
Konflik dapat merupakan
proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan
struktur sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara dua
atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat
kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia
sosial di sekelilingnya.
Seluruh fungsi positif
konflik tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi suatu kelompok yang sedang mengalami
konflik dengan kelompok lain. Di dunia internasional kita dapat melihat
bagaimana, apakah dalam bentuk tindakan militer atau di meja perundingan mampu
menetapkan batas-batas geografis nasional. Dalam ruang lingkup yang lebih
kecil, oleh karena konflik kelompok-kelompok baru dapat lahir dan mengembangkan
identitas strukturalnya. Misalnya, pengesahan pemisahan gereja kaum tradisional
(yang memepertahankan praktek- praktek ajaran Katolik Pra-Konsili Vatican II)
dan Gereja Anglo- Katolik (yang berpisah dengan Gereja Episcopal mengenai
masalah pentahbisan wanita). Perang yang terjadi bertahun- tahun yang terjadi
di Timur Tengah telah memperkuat identitas kelompok Negara Arab dan Israel.
Katup Penyelamat
Katup penyelamat atau safety
valve ialah salah satu mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk
mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik sosial. “katup penyelamat”
membiarkan luapan permusuhan tersalur tanpa menghancurkan seluruh struktur,
konflik membantu “membersihkan suasana” dalam kelompok yang sedang
kacau.
Coser melihat katup
penyelamat berfungsi sebagai jalan ke luar yang meredakan permusuhan, yang
tanpa itu hubungan- hubungan di antara pihak-pihak yang bertentangan akan
semakin menajam. Katup Penyelamat ialah salah satu mekanisme khusus yang
dapat dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik sosial.
Katup penyelamat merupakan sebuah lembaga pengungkapan rasa tidak puas atas
sebuah sistem atau struktur. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Coser;
lewat katup penyelamat itu, permusuhan dihambat agar tidak berpaling melawan
obyek aslinya. Tetapi penggantian yang demikian mencakup juga biaya bagi sistem
sosial maupun bagi individu: mengurangi tekanan untuk menyempurnakan sistem
untuk memenuhi kondisi-kondisi yang sedang berubah maupun membendung ketegangan
dalam diri individu, menciptaan kemungkinan tumbuhnya ledakan-ledakan
destruktif.
Konflik Realistis Dan
Non Realistis
Dalam membahas berbagai
situasi konflik Coser membedakan konflik yang realistis dan yang tidak realistis.
- Konflik Realistis, berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan- tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan. Contohnya para karyawan yang mogok kerja agar tuntutan mereka berupa kenaikan upah atau gaji dinaikkan.
- Konflik Non- Realistis, konflik yang bukan berasal dari tujuan- tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Coser menjelaskan dalam masyarakat yang buta huruf pembasan dendam biasanya melalui ilmu gaib seperti teluh, santet dan lain- lain. Sebagaimana halnya masyarakat maju melakukan pengkambinghitaman sebagai pengganti ketidakmampuan melawan kelompok yang seharusnya menjadi lawan mereka.
Banyak individu kelas menengah dan kelas pekerja
menunjukkan prasangka terhadap “orang-orang miskin penerima bantuan
kesejahteraan sosial” (bumson welfare) melalui penyalahgunaan pajak pendapatan
yang diperoleh dengan susah payah. Tetapi yang sebenarnya terjadi ialah bahwa
sebagian besar pajak tersebut lebih banyak jatuh ke tangan kaum kaya dalam
bentuk subsidi atau secara tidak langsung melalui pemotongan pajak, daripada
dalam bentuk bantuan kesejahteraan bagi kaum miskin.
Dengan demikian dalam satu situasi bisa terdapat
elemen-elemen konflik dan non-realistis. Konflik realistis khususnya dapat
diikuti oleh sentiment-sentimen yang secara emosional mengalami distorsi oleh
karena pengungkapan ketegangan tidak mungkin terjadi dalam situasi konflik yang
lain.
Permusuhan Dalam Hubungan-Hubungan
Sosial Yang Intim
Menurut Coser terdapat
kemungkinan seseorang terlibat dalam konflik reaistis tanpa sikap permusuhan
atau agresif. Sebagai contoh adalah: Dua pengacara yang selama masih menjadi
mahasiswa berteman erat. Kemudian setelah lulus dan menjadi pengacara
dihadapkan pada suatu masalah yang menuntut mereka untuk saling berhadapan di
meja hijau. Masing-masing secara agresif dan teliti melindungi kepentingan
kliennya, tetapi setelah meniggalkan persidangan mereka melupakan perbedaan dan
pergi ke restoran untuk membicarakan masa lalu. Contoh-contoh dimana konflik
tidak diikuti oleh rasa permusuhan biasanya terdapat pada hubungan-hubungan
yang bersifat parsial atau segmented, daripada hubungan yang melibatkan
keseluruhan pribadi pada peserta.
Akan tetapi apabila
konflik berkembang dalam hubungan- hubungan yang intim, maka pemisahan (antara
konflik realistis dan non-realistis) akan lebih sulit untuk dipertahankan.
Coser mennyatakan bahwa, semakin dekat suatu hubungan semakin besar rasa kasih
saying yang sudah tertanam, sehingga semakin besar juga kecenderungan untuk
menekan ketimbang mengungkapkan rasa permusuhan. Sedang pada hubungan- hubungan
sekunder, seperti misalnya dengan rekan bisnis, rasa permusuhan dapat relatif
bebas diungkapkan. Hal ini tidak selalu bisa terjadi dalam hubungan- hubungan
primer dimana keterlibatan total para partisipan membuat pengungkapan perasaan
yang demikian merupakan bahaya bagi hubungan tersebut. Apabila konflik tersebut
benar- benar melampaui batas sehingga menyebabkan ledakan yang membahayakan
hubungan tersebut. Contoh: Seperti konflik antara suami dan istri, serta
konflik sepasang kekasih.
Isu Fungsionalitas Konflik
Coser Mengutip hasil
pengamatan Simmel yang meredakan ketegangan yang terjadi dalam suatu kelompok.
Dia menjelaskan bukti yang berasal dari hasil pengamatan terhadap masyarakat
Yahudi bahwa peningkatan konflik kelompok dapat dihubungkan dengan peningkatan
interaksi dengan masyarakat secara keseluruhan. Bila konflik dalam kelompok
tidak ada, berarti menunjukkan lemahnya integrasi kelompok tersebut dengan
masyarakat.
Dalam struktur besar atau
kecil konflik in-group merupakan indikator adanya suatu hubungan yang
sehat. Coser sangat menentang para ahli sosiologi yang selalu melihat konflik
hanya dalam pandangan negatif saja. Perbedaan merupakan peristiwa normal yang
sebenarnya dapat memperkuat struktur sosial. Dengan demikian Coser menolak
pandangan bahwa ketiadaan konflik sebagai indikator dari kekuatan dan
kestabilan suatu hubungan.
Kondisi Yang
Mempengaruhi Konflik Dengan Kelompok Luar Dan Struktur Kelompok
Coser menunjukkan bahwa
konflik dengan kelompok-luar akan membantu pemantapan batas-batas struktural.
Sebaliknya konflik dengan kelompok luar juga dapat mempertinggi integrasi di
dalam kelompok. Coser (1956:92-93) berpendapat bahwa “tingkat konsensus kelompok
sebelum konflik terjadi” merupakan hubungan timbal balik paling penting dalam
konteks apakah konflik dapat mempertinggi kohesi kelompok. Coser
menegaskan bahwa kohesi sosial dalam kelompok mirip sekte itu tergantung pada
penerimaan secara total selurh aspek-aspek kehidupan kelompok. Untuk
kelangsungan hidupnya kelompok “mirip-sekte” dengan ikatan tangguh itu bisa
tergantung pada musuh-musuh luar. Konflik dengan kelompok-kelompok lain bisa
saja mempunyai dasar yang realistis, tetapi konflik ini sering (sebagaimana
yang telah kita lihat dengan berbagai hubungan emosional yang intim) berdasar
atas isu yang non-realistis.
Coser mengutip berbagai
contoh fenomena itu dari catatan-catatan historis mengenai kelahiran serta
perkembangan serikat-serikat buruh. Akan tetapi contoh yang sama dapat
diitemukan pada bangsa yang sedang berperang, pada kelahiran sekte keagamaan
atau diantara kelompok-kelompok politik ekstrim di suatu Negara. Sementara
kontroversi internal tidak dapat ditolerir, misalnya di antara kelompok-kelompok
keagamaan mirip sekte seperti “The Children of God”, perjuangan kelompok
tersebut melawan kaum kafir mungkin memperkuat kemampuannya untuk menarik serta
memperahankan orang-orang yang baru masuk agamanya. Bilamana perjuangan yang
membawa kelompok demikian untuk memperhatikan media perkabaran tiba-tiba
terhenti, Coser mengatakan musuh-musuh baru mungkin mencoba untuk lebih
memperkuat perkembangan dan peningkaan kohesi kelompok-kelompok yang demikian
tak hanya mencapai identitas struktural lewat oposisi dengan berbagai
kelompok luar tetapi dalam perjuangannya juga mengalami peningkatan integrasi
dan kohesi.
Bilamana contoh tentang
“The Children of God” itu dilanjutkan maka kita dapat melihat penjelasan dari
proposisi yang berhubungan dengan ideology dan konflik. Para anggota sekte
terebut sering digambarkan sebagai kelompok fanatik. Singkatnya, bilamana
terdapat consensus dasar mengenai nilai-nilai inti yang ada dalam suatu
kelompok maka konflik dengan berbagai out-groups dapat memperkuat kohesi internal
suatu kelompok. Coser menyatakan bahwa kelompok-kelompok pejuang yang
diorganisir secara kaku mencari musuh demi mempermudah kesatuan dan kohesi
mereka.
Dengan demikian jelas
bahwa fungsionalisme tahun 1950-an, yang terfokus pada masalah integrasi, telah
mengabaikan isu konflik di dalam masyarkat. Pendekatan ini cenderung melihat
konflik bersifat mersak dan memecahbelah. Coser menunjukkan bahwa konflik dapat
merupakan sarana bagi keseimbangan kekuatan, dan lewat sarana demikian
kelompok-kelompok kepentingan melangsungkan masyarakat.
Kritik Terhadap
Strukturalisme Konflik
Walaupun
Coser kadang-kadang ditempatkan di dalam satu paradigma yang berbeda dari kaum
fungsionalis struktural lainnya, tetapi lewat kajian cermat atas karyanya
terlihat bahwa Coser tetap memiliki komitmen dengan pandangan teoritis yang
utama. Sumbangan Coser pada teori yang tetap terikat pada tradisi
fungsionalisme itu, walaupun tidak seketat model naturalis, dapat dilihat dari
asumsi-asumsi dasar tentang manusia dan masyarakat yang implicit tercakup dalam
teorinya. Coser mengatakan bahwa dia lebih menganggap teori konflik sebagai
teori parsial daripada sebagai pendekatan yang dapat menjelaskan seluruh
realitas sosial. Dia sependapat dengan Robin William yang menyatakan “masyarakat
aktual terjalin bersama oleh konsensus, oleh saling ketergantungan, oleh
sosiabilitas dan oleh paksaan. Tugas yang sesungguhnya ialah menunjukkan
bagaimana berbagai proses serta struktur sosial aktual yang berjalan di sana
dapat diramalkan dan dijelaskan. Pandangan Coser tentang teori sosiologis
adalah suatu kesatuan pandangan yang mencakup teori-teori konflik maupun
konsensus yang parsial. Teori-teori parsial demikian itu merangsang para
pengamat sehingga peka terhadap satu atau lebih perangkat data yang relevan
bagi penjelasan teoritis yang menyeluruh.
Dalam
tradisi Durkheim, yang menekankan bahwa untuk menjelaskan fakta sosial,
sosiologi harus menggunakan fakt-fakta sosial lainnya, Coser mengetengahkan
kebutuhan teori sosiologis yang menggunakan indikator obyektif untuk
menjelaskan realitas sosial. Bagi Coser realitas bukan merupakan realitas
subyektif seperti rumusan Charles Horon Cooley atau George Herbert Mead, tetapi
realitas obyektif seperti yang dimaksud oleh Durkheim dan kaum fungsionalisme
lainnya. Dengan demikian orang dihambat oleh kekuatan struktur sosial yang
membatasi kebebasan dan kreativitas.
Jelaslah
bagi Coser maupun kaum fungsionalisme struktural bahwa struktur sosial ada di
dalam dirinya sendiri dan bergerak sebagai kendala. Coser mengungkapkan
“sosiologi konflik harus mencari nilai-nilai serta kepentingan-kepentingan yang
tertanam secara struktural sehingga membuat manusia saling terlibat dalam
konflik, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasan psikologis
mengenai agresivitas bawaan, dosa turunan, atau kebengalan manusia. Apa yang
disumbangkan Coser kepada orientasi fungsionalisme ialah deskripsi mengenai
bagaimana struktur-struktur sosial itu dapat merupakan produk konflik dan
bagaimana mereka dipertahankan oleh konflik. Proposisinya sebagian besar
berkisar di seputar intensitas dan fungsi konflik bagi lembaga-lembaga sosial.
Walaupun
Coser terikat pada kesatuan teori masyrakat yang ilmiah, tetapi dia menolak
setiap gerakan kearah naturalism atau determinisme yang ekstrim pada setiap
tindakan manusia. Pendekatan ini terlihat dalam orientasi metodologisnya yang
bebas menggunakan sejarah sebagai sumber data untuk mendukung
pernyataan-pernyataan teoritisnya. Seperti banyak karya-karya yang disebut
sebagai teori dalam sosiologi, karya Coser juga mengandung kelemahan-kelemahan
metodologis.
2.TEORI EMILE DURKHEIM
Emile
Durkheim sebagai suatu ilmu
yang mempelajari apa yang dinamakan fakta sosial, yang berisikan cara
bertindak, berpikir dan berperasaan yang berada di luar individu yang mempunyai
kekuatan memaksa yang mengendalikannya. Lebih lanjut Durkheim menjelaskan
bahwa fakta sosial merupakan setiap cara bertindak, yang telah baku ataupun
tidak, yang dapat melakukan pemaksaan dari luar terhadap individu. Fakta sosial
dapat dicontohkan seperti; hukum, moral, kepercayaan, adat-istiadat, tata cara
berpakaian, dan kaidah ekonomi. Fakta sosial seperti inilah yang menurut
Durkheim menjadi pokok perhatian dari sosiologi. Lebih jelasnya mengenai konsep
fakta sosial tersebut, Durkheim menyajikan sejumlah contoh, salah satu
diantaranya adalah pendidikan anak; sejak bayi seorang anak diwajibkan makan,
minum, tidur pada waktu tertentu; diwajibkan taat, dan menjaga kebersihan serta
ketenangan, dan lain sebagainya.
3. TEORI MAX WEBER
Max
Weber dalam kajiannya
mengenai konsep dasar sosiologi menjelaskan bahwa sosiologi adalah ilmu yang
berupaya memahami tindakan sosial. Hal ini dikarenakan tidak semua tindakan
manusia dapat dianggap sebagai tindakan sosial. Suatu tindakan hanya dapat
disebut sebagai tindakan sosial apabila tindakan tersebut dilakukan dengan
mempertimbangkan perilaku orang lain. Lebih jelas pendapat Weber ini dapat
dicontohkan dengan menulis puisi untuk menghibur diri sendiri tidak dapat
dianggap sebagai tindakan sosial, tetapi ketika puisi tersebut diberikan kepada
seorang kekasih maka hal tersebut baru bisa dikatakan sebagai tindakan sosial.
Suatu tindakan menurut Weber adalah
perilaku manusia yang mempunyai makna subjektif bagi pelakunya. Oleh karena
sosiologi bertujuan memahami mengapa tindakan sosial mempunyai arah dan akibat
tertentu, sedangkan tiap tindakan mempunyai makna subjektif bagi pelakunya,
maka ahli sosiologi yang hendak melakukan penafsiran bermakna, harus dapat
membayangkan dirinya di tempat pelaku untuk dapat menghayati pengalamannya.
Hanya dengan menempatkan diri di pemukiman kumuh atau di kawanan pencopetlah
seorang ahli sosiologi dapat memahami makna subjektif tindakan sosial mereka,
memahami mengapa tindakan sosial tersebut dilakukan serta dampak dari tindakan tersebut.
4. TEORI PETER L. BERGER
Peter
L. Berger mengungkapkan bahwa
pemikiran sosiologis berkembang manakala masyarakat menghadapi ancaman terhadap
hal yang selama ini dianggap sebagai hal yang memang sudah seharusnya demikian,
benar, dan nyata. Manakala hal yang selama ini menjadi pegangan manusia
mengalami krisis, maka mulailah orang melakukan renungan sosiologis. Lebih
lanjut Berger mengajukan berbagai citra yang melekat pada ahli sosiologi,
seperti; sebagai seseorang yang suka bekerja dengan orang lain, menolong orang
lain, melakukan sesuatu untuk orang lain, atau seorang teorikus dibidang
pekerja sosial, sebagai seseorang yang melakukan reformasi sosial, dan lain
sebagainya. Berger mengemukakan bahwa berbagai citra yang dianut oleh orang
tersebut tidak tepat, keliru dan bahkan menyesatkan. Menurut Berger, seorang
ahli sosiologi bertujuan memahami masyarakat, Tujuannya bersifat teoritis,
yaitu hanya memahami semata-mata. Lebih lanjut Berger mengatakan bahwa daya
tarik sosiologi terletak pada kenyataan bahwa sudut pandang sosiologis
memungkinkan kita untuk memperoleh gambaran lain mengenai dunia yang telah kita
tempati sepanjang hidup kita.
Konsep lain yang disoroti Berger adalah
konsep ‘masalah sosiologis’. Menurut Berger suatu masalah sosiologi tidak sama
dengan suatu masalah sosial. Masalah sosiologi menurut Berger menyangkut
pemahaman terhadap interaksi sosial.
5. TEORI AUGUSTE COMTE
Perjalanan Hidup dan
Karya Comte serta Pandangannya tentang Ilmu Pemgetahuan. Auguste Comte adalah seseorang yang untuk pertama kali memunculkan
istilah “sosiologi” untuk memberi nama pada satu kajian yang memfokuskan diri
pada kehidupan sosial atau kemasyarakatan. Saat ini sosiologi menjadi suatu
ilmu yang diakui untuk memahami masyarakat dan telah berkembang pesat sejalan
dengan ilmu-ilmu lainnya. Dalam hal itu, Auguste Comte diakui sebagai “Bapak”
dari sosiologi.
Auguste Comte pada dasarnya bukanlah
orang akademisi yang hidup di dalam kampus. Perjalanannya di dalam menimba ilmu
tersendat-sendat dan putus di tengah jalan. Berkat perkenalannya dengan
Saint-Simon, sebagai sekretarisnya, pengetahuan Comte semakin terbuka, bahkan
mampu mengkritisi pandangan-pandangan dari Saint-Simon. Pada dasarnya Auguste
Comte adalah orang pintar, kritis, dan mampu hidup sederhana tetapi kehidupan
sosial ekonominya dianggap kurang berhasil.
Pemikirannya yang dikenang orang secara
luas adalah filsafat positivisme, serta memberikan gambaran mengenai metode
ilmiah yang menekankan pada pentingnya pengamatan, eksperimen, perbandingan,
dan analisis sejarah.
Pemikiran Auguste Comte Tentang
Individu, Masyarakat, dan Perubahan Sosial
Perkembangan masyarakat pada abad ke-19 menurut Comte dapat mencapai tahapan yang positif (positive stage). Tahapan ini diwarnai oleh cara penggunaan pengetahuan empiris untuk memahami dunia sosial sekaligus untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik.
Perkembangan masyarakat pada abad ke-19 menurut Comte dapat mencapai tahapan yang positif (positive stage). Tahapan ini diwarnai oleh cara penggunaan pengetahuan empiris untuk memahami dunia sosial sekaligus untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik.
Sosiologi adalah menyelidiki
hukum-hukum tindakan dan reaksi terhadap bagian-bagian yang berbeda dalam
sistem sosial, yang selalu bergerak berubah secara bertahap. Hal ini merupakan
hubungan yang saling menguntungkan (mutual relations) di antara unsur-unsur
dalam suatu sistem sosial secara keseluruhan.
Penjelasan mengenai gejala sosial,
menurut Comte dapat diperoleh melalui 1) kajian terhadap struktur masyarakat
berdasarnya konsep statika sosial, dan 2) kajian perubahan atau perkembangan
masyarakat berdasarkan konsep Comte yang disebut dinamika sosial (social
dynamics). Comte mendefinisikan statika sosial sebagai kajian terhadap
kaidah-kaidah tindakan (action) dan tanggapan terhadap bagian-bagaian yang
berbeda dalam suatu sistem sosial (Ritzer, 1996). Sedangkan dinamika sosial
adalah studi yang berupaya mencari kaidah-kaidah tentang gejala-gejala sosial
di dalam rentang waktu yang berbeda. Berbeda dengan itu, statika sosial hanya
mencari kaidah- kaidah gejala sosial yang bersamaan waktu terjadinya.
6.
TEORI HERBERT
SPENCER
Riwayat HIdup dan Awal Karir Herbert Spencer
Herbert Spencer adalah seorang filsuf, sosiolog pengikut aliran sosiologi organis, dan ilmuwan pada era Victorian yang juga mempunyai kemampuan di bidang mesin. Pemuda Spencer pada usia 17 tahun diterima kerja di bagian mesin untuk perusahaan kereta api London dan Birmingham. Kariernya bagus sehingga dipercaya sebagai wakil kepala bagian mesin. Setelah beberapa waktu lamanya bekerja di perusahaan kereta api, kemudian pindah pekerjaan menjadi redaktur majalah The Economist yang saat itu terkenal.
Herbert Spencer adalah seorang filsuf, sosiolog pengikut aliran sosiologi organis, dan ilmuwan pada era Victorian yang juga mempunyai kemampuan di bidang mesin. Pemuda Spencer pada usia 17 tahun diterima kerja di bagian mesin untuk perusahaan kereta api London dan Birmingham. Kariernya bagus sehingga dipercaya sebagai wakil kepala bagian mesin. Setelah beberapa waktu lamanya bekerja di perusahaan kereta api, kemudian pindah pekerjaan menjadi redaktur majalah The Economist yang saat itu terkenal.
Spencer mempunyai sebuah kemampuan yang
luar biasa dalam hal mekanik. Hal ini akan ikut serta mewarnai seluruh
imajinasinya tentang biologi dan sosial di masa yang akan datang. Spencer
adalah seorang pembaca yang luar biasa, kolektor yang tekun mengumpulkan fakta-fakta
mengenai masyarakat di manapun di dunia ini, dan penulis yang produktif. Ia
mengembangkan sistem filsafat dengan aspek-aspek utiliter dan evolusioner.
Spencer membangun utiliterisme jeremy Bentham. Spencerlah yang menggunakan
istilah Survival of the fittest pertama kali dalam karyanya Social Static
(1850) yang kemudian dipopulerkan oleh Charles Darwin. Spencer selain
menerbitkan buku lepas, juga menerbitkan buku dan artikel berseri. Beberapa
diantaranya adalah Programme of a System of Synthetic Philosophy (1862-1896)
yang meliputi biologi, psikologi, dan etika.
Spencer mempopulerkan konsep ‘yang
kuatlah yang akan menang’ (Survival of the fittest) terhadap masyarakat.
Pandangan Spencer ini kemudian dikenal sebagai ‘Darwinisme sosial’ dan banyak
dianut oleh golongan kaya (Paul B Horton dan Chester L. Hunt, Jilid 2 1989:
208).
Terbitnya buku Principles of Sociology
karya Herbert Spencer yang berisi pengembangan suatu sistematika penelitian
masyarakat telah menjadikan sosiologi menjadi populer di masyarakat dan
berkembang pesat. Sosiologi berkembang pesat pada abad 20, terutama di
Perancis, Jerman, dan Amerika
Pandangan Herbert Spencer tentang
Sosiologi
Spencer adalah orang yang pertama kali menulis tentang masyarakat atas dasar data empiris yang konkret. Tindakan ini kemudian diikuti oleh para sosiolog sesudahnya, baik secara sadar atau tidak sadar.
Spencer adalah orang yang pertama kali menulis tentang masyarakat atas dasar data empiris yang konkret. Tindakan ini kemudian diikuti oleh para sosiolog sesudahnya, baik secara sadar atau tidak sadar.
Spencer memperkenalkan pendekatan baru
sosiologi yaitu merekonsiliasi antara ilmu pengetahuan dengan agama dalam
bukunya First Prinsciple. Dalam bukunya ini Spencer membedakan fenomena
tersebut dalam 2 fenomena yaitu fenomena yang dapat diketahui dan fenomena yang
tidak dapat diketahui. Di sini Spencer kemudian mencoba menjembatani antara
ilham dengan ilmu pengetahuan.
Selanjutnya Spencer memulai dengan 3
garis besar teorinya yang disebut dengan tiga kebenaran universal, yaitu adanya
materi yang tidak dapat dirusak, adanya kesinambungan gerak, dan adanya tenaga
dan kekuatan yang terus menerus. Di samping tiga kebenaran universal tersebut
di atas, menurut Spencer ada 4 dalil yang berasal dari kebenaran universal,
yaitu kesatuan hukum dan kesinambungan, transformasi, bergerak sepanjang garis,
dan ada sesuatu irama dari gerakan.
Spencer lebih lanjut mengatakan bahwa
harus ada hukum yang dapat menguasai kombinasi antara faktor-faktor yang
berbeda di dalam proses evolusioner. Sedang sistem evolusi umum yang pokok
menurut Spencer seperti yang dikutip Siahaan, ada 4 yaitu ketidakstabilan yang
homogen, berkembangnya faktor yang berbeda-beda dalam ratio geometris, kecenderungan
terhadap adanya bagian-bagian yang berbeda-beda dan terpilah-pilah melalui
bentuk-bentuk pengelompokan atau segregasi, dan adanya batas final dari semua
proses evolusi di dalam suatu keseimbangan akhir.
Spencer memandang sosiologi sebagai
suatu studi evolusi di dalam bentuknya yang paling kompleks. Di dalam karyanya,
Prinsip-prinsip Sosiologi, Spencer membagi pandangan sosiologinya menjadi 3
bagian yaitu faktor-faktor ekstrinsik asli, faktor intrinsik asli, faktor asal
muasal seperti modifikasi masyarakat, bahasa, pengetahuan, kebiasaan, hukum dan
lembaga-lembaga. Giddings pada tahun 1890 meringkas ajaran sistem sosial yang
telah disepakati oleh Spencer sendiri adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat adalah organisme atau
superorganis yang hidup berpencar-pencar
2. Antara masyarakat dan badan-badan
yang ada di sekitarnya ada suatu equilibrasi tenaga agar kekuatannya seimbang.
3. Konflik menjadi suatu kegiatan
masyarakat yang sudah lazim
4. Rasa takut mati dalam perjuangan
menjadi pangkal kontrol terhadap agama
5. Kebiasaan konflik kemudian
diorganisir dan dipimpin oleh kontrol politik dan agama menjadi militerisme.
6. Militerisme menggabungkan
kelompok-kelompok sosial kecil menjadi kelompok sosial lebih besar dan
kelompok-kelompok tersebut memerlukan integrasi sosia.
7.
TEORI KARL MARKS
Marx, Kapitalisme, dan Komunisme
Karl Marx tidak semata-mata menjadi seorang komunis dengan begitu saja. Banyak tokoh yang ikut andil dan berperan dalam menjadikan Marx seorang yang berpandangan komunisme, antara lain Hegel, Feuerbach, Smith, juga Engels. Keempatnya, terutama filsafatnya Hegel, Feuerbach dan Engels, sangat kental mewarnai pemikiran Marx. Secara spesifik memang filsafatnya Hegel, yaitu yang berkaitan dengan konsep dialektik, menjadi titik tolak pemikiran Marx meskipun Marx mengkritisi filsafat itu karena dianggapnya sangat idealistik dan memiliki konsep yang terbalik. Marx sendiri mengemukakan konsep dialektika materialistik yang mengacu kepada berbagai struktur sosial yang di dalamnya tercermin konflik sosial dan juga menggambarkan upaya-upaya pembebasan atas eksploitasi para majikan kepada kaum buruh dalam semua proses produksi.
Karl Marx tidak semata-mata menjadi seorang komunis dengan begitu saja. Banyak tokoh yang ikut andil dan berperan dalam menjadikan Marx seorang yang berpandangan komunisme, antara lain Hegel, Feuerbach, Smith, juga Engels. Keempatnya, terutama filsafatnya Hegel, Feuerbach dan Engels, sangat kental mewarnai pemikiran Marx. Secara spesifik memang filsafatnya Hegel, yaitu yang berkaitan dengan konsep dialektik, menjadi titik tolak pemikiran Marx meskipun Marx mengkritisi filsafat itu karena dianggapnya sangat idealistik dan memiliki konsep yang terbalik. Marx sendiri mengemukakan konsep dialektika materialistik yang mengacu kepada berbagai struktur sosial yang di dalamnya tercermin konflik sosial dan juga menggambarkan upaya-upaya pembebasan atas eksploitasi para majikan kepada kaum buruh dalam semua proses produksi.
Marx, juga menyoroti perkembangan dan
kebangkitan kapitalisme, di mana pandangan-pandangannya dianggap identik dengan
gerakan pembebasan kaum buruh yang miskin dan tertindas oleh mereka yang
memiliki berbagai sarana produksi, yaitu kaum borjuis. Konflik atau
pertentangan kelas serta upaya-upaya pembebasan inilah yang menjadi titik
sentral ajarannya Marx.
Dialektika dan Struktur Masyarakat Kapitalis
Perkembangan pemikiran Marx memang
tidak lepas dari pengaruh filsuf-filsuf hebat seperti Hegel, Feuerbach, Smith,
juga Engels. von Magnis membagi lima tahap perkembangan pemikiran marx yang
dibedakan ke dalam pemikiran ‘Marx muda’ (young Marx) dan ‘Marx tua’ (mature
Marx). Gagasan dan pemikirannya terutama diawali dengan kajiannya terhadap
kritik Feuerbach atas konsep agamanya Hegel yang berkaitan dengan eksistensi
atau keberadaan Tuhan. Marx yang materialistik benar-benar menolak konsep Hegel
yang dianggapnya terlalu idealistik dan tidak menyentuh kehidupan keseharian,
Bagi Marx, agama hanya sekedar
realisasi hakikat manusia dalam imajinasinya belaka, agama hanyalah pelarian
manusia dari penderitaan yang dialaminya. Agama inilah yang merupakan simbol
keterasingan manusia dari dirinya sendiri. Marx mengadopsi sekaligus
mengkritisi dialektikanya Hegel yang dianggapnya tidak realistik itu. Marx juga
menganggap filsafatnya Hegel, yang idealistik itu, memiliki konsep yang
terbalik.
Atas hal ini, Marx mengemukakan konsep
dialektika materialistik yang mengacu kepada berbagai konsep struktur sosial.
Dimana di dalamnya tercermin konflik sosial dengan yang menggambarkan
upaya-upaya pembebasan atas eksploitasi para majikan kepada kaum buruh dalam
semua proses produksi yang melibatkan dua kelas sosial yang berbeda, proletar
dan borjuis. Kelas sosial inilah yang nantinya harus tidak ada karena, menurut
Marx, pada suatu saat akan terwujud masyarakat komunisme; yaitu masyarakat
sosialis karena runtuhnya kapitalisme, di mana di dalamnya tidak ada lagi
kelas-kelas sosial dan tidak ada lagi hak kepemilikan pribadi. Inilah
masyarakat yang menjadi obsesi Marx. Untuk mewujudkan hal ini, menurutnya,
perlulah dilakukan analisis terhadap sistem ekonomi kapitalis.
BAB III
(PENUTUP)
KESIMPULAN
KRITIK DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA